BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Grounded Theory merupakan
sebuah pendekatan riset. Titik berat ground theory adalah pada pendekatan
kualitatif. Penelitian Grounded Theory adalah metode
penelitian kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur sistematis yang
diarahkan untuk mengembangkan teori berorientasi tindakan,interaksi, atau
proses dengan berlandaskan data yang diperoleh dari kancah penelitian. Grounded Theory memang jarang digunakan, tetapi
merupakan pendekatan riset yang potensial untuk disiplin ilmu hubungan
masyarakat.
Metode ini
berkembang pesat dan telah digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Makalah ini
membahas konsep-konsep pokok tentang Penelitian Grounded Theory, yang
diawali dengan mengemukakan latar belakang, perkembangan dan pengertian tentang
penelitian Grounded Theory. Setelah itu, pembahasan dilanjutkan dengan
pemaparan tentang ciri-ciri atau karakteristik pokok metode Grounded Theory
kelemahan menggunakan pendekatan Grounded
Theory. Pembahasan ditutup dengan menarik beberapa kesimpulan yang
didasarkan pada pemaparan pada bagian-bagian sebelumnya.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas,
maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian dan Latar
belakang perkembangan Grounded Theory ?
2. Apa ciri-ciri Pokok metode Grounded
Theory ?
3. Apa kelemahan metode Grounded
Theory ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah
Grounded Theory adalah sebagai berikut :
1.
Untuk memahami dan mengetahui pengertian serta
latar belakang perkembangan Grounded Theory.
2.
Untuk mengetahui ciri-ciri pokok metode Grounded
theory
3.
Untuk mengetahui kelemahan metode Grounded
theory.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan
Sejarah Grounded Theory
Sebagai sebuah pendekatan riset, grounded
theory memiliki posisi yang sama dengan beberapa orientasi lain, seperti
studi kasus. Grounded
Theory adalah
sebuah pendekatan yang refleksif dan terbuka, di mana pengumpulan data,
pengembangan data, pengembangan konsep teorities, dan ulasan literature
berlangsung dalam proses siklis- berkelanjutan.[1]
Penggunaan hukum kausalitas sebagai dasar
penyusunan teori. Seperti diketahui, bahwa dalam epistemologi ilmiah, prinsip
kausalitas adalah salah asumsi dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan, karena
sangat diyakini bahwa segala hal yang terjadi di alam ini tidak lepas dari
hukum sebab-akibat.
Penelitian ini adalah versi lain dari
penelitian kualitatif. Grounded Theory ini merupakan reaksi yang tajam dan
sekaligus member jalan keluar dari “ stagnasi teori” dalam ilmu-ilmu social,
dengan menitik beratkan sosiologi.[2]
Disiplin ilmu
yang mempengaruhi Grounded Theory adalah sosiologi, terutama madzab
interaksionisme simbolik. Interaksionisme simbolik berfokus pada interaksi
antar manusia. metode ini dapat dan telah digunakan dengan baik di berbagai
disiplin ilmu, seperti pendidikan, keperawatan, ilmu politik, dan psikologi.
Khusus di bidang pendidikan.
Menurut
penggagasnya yaitu Barney Galser dan Anselm Strauss, Grounded theory tertulis
sebagai . . . . .the discovery of theory from data which we call grounded
theory . . . .. ajaran utama pendekatan ini adalah, bahwa teori harus
muncul dari data atau dengan kata lain, teori harus berasal ( grounded )
dalam data.
Ungkapan grounded
theory merujuk pada teori yang dibangun secara induktif dari satu kumpulan
data bila dilakukan dengan baik. Maka teori yang dihasilkan akan sangat sesuai
dengan kumpulan data tadi.[3]
Pendekatan grounded
theory memungkinkah peneliti melakukan riset prosessual, yaitu riset yang
berfokus pada “ rangkaian peristiwa, tindakan, dan aktivitas individual maupun
kolektif yang berkembang dari waktu ke waktu dalam konteks tertentu.
Grounded theory berguna dalam
situasi-situasi ketika sedikit sekali yang diketahui tentang topic atau
fenomena tertentu, atau ketika diperlukan pendekatan baru untuk latar-latar
yang sudah dikenal. Pada umumnya, tujuan grounded theory adalah
membangun teori baru, walaupun sering juga digunakan untuk memperluas atau
memodifikasi teori yang ada. Sebagai contoh, peneliti bisa mengembangkan
grounded theory peneliti sendiri, atau grounded peneliti lain. dengan meninjau
kembali data yang sama dengan pertanyaan dan interprestasi yang berbeda.[4]
Penelitian grounded
pada dasarnya sama dengan penelitian eksplanatif. Penelitian grounded dilakukan
dengan terjun ke kancah untuk meneliti sekian banyak aspek ( variable )
penelitian untuk menemukan, untuk memunculkan teori. Peneliti dating ke
lapangan “ tanpa berbekal “ teori ( hipotesis ). Hipotesis ( kalau ada ) baru
nanti di lapangan itu sendiri dimunculkan, lalu diuji. Nampaknya penelitian
grounded akan banyak mempergunakan metode survey dan metode observasi. Karena
karakteristiknya sama dengan penelitian Eksploratif.[5]
Survai merupakan pendekatan kuantitatif , sedangkan titik berat grounded
research adalah pada pendekatan kualitatif. Data terutama dikumpulkan
melalui wawancara bebas seperti yang dikemukakan oleh Glaser dan strauss ( 1967
), grounded research merupakan reaksi yang tajam dan sekaligus menyajikan jalan
keluar dari “ stagnasi teori “ dalam
ilmu-ilmu sosial, dengan penitikberatan pada sosiologi. Kritik dilontarkan
baik kepada pendekatan yang kuantitatif
maupun kualitatif yang selama ini dilakukan.
Kedua pengarang tersebut mengkritik keterikatan peneliti yang
berlebihan terhadap teori-teori yang sangat umum ( grand theories ) dari
tokoh-tokoh besar seperti Weber, Persons, Veblen, Cooley dan lain-lain. Ini
menjurus kepada studi verivikasi yang bermunculan seperti Jamur dimusim hujan,
yakni verivikasi dan teori-teori tersebut melalui pendekatan kuantitatif dan
tes statistik. hasil akhir dari penelitian merupakan verifikasi dari teori atau
hipotesa, untuk diterima atau di tolak.
Grounded research
menyajikan suatu pendekatan yang baru data merupakan sumber teori, teori
berdasarkan data, dan karena itu dinamakan grounded. Kategori-kategori
dan konsep-konsep dikembangkan oleh peneliti di lapangan. Data yang bertambah
dimanfaatkan untuk verivikasi teori yang timbul di lapangan yang tersu menerus
disempurnakan selama penelitian berlangsung.[6]
Pelaksanaan penelitian Grounded bertolak belakang dengan layaknya
penelitian pada umumnya kalau penelitian umumnya diawali dengan desain
tertentu, namun grounded theory tidak demikian. Peneliti langsung kelapangan,
semuanya dilaksanakan dilapangan. Rumusan masalah ditemukan dilapangan,
hipotesis senantiasa jatuh bangun ditempa data. Data merupakan sumber teori,
teori berdasarkan data,s ehingga teori juga lahir dan berkembang dilapangan.
Kredibelitas penelitian grounded merupakan pertimbangan utama dalam
penggunaan metodologi ini, kalau kredibilitas peneliti rendah, mungkin akan
merusak penelitian yang membutuhkan “ keterbukaan “ mata, telinga serta intuisi
responsive. Implementasi metodologi ini memang amat sukar terutama oleh
peneliti pemula, karenanya perlu latihan-latihan tertentu dalam waktu yang
lama.[7]
Dari pemaparan mengenai pengertian dan tujuan
dari grounded theory, pembahasan selanjutnya adalah tentang sejarah Grounded
Theory beserta perkembangannya.
1.
Sejarah grounded
Theory
Penelitian Grounded Theory dikembangkan
pertama kali pada tahun 1960-an oleh dua ahli sosiologi, Barney Glaser and
Anselm Strauss, berdasarkan penelitian yang mereka lakukan pada pasien-pasien
berpenyakit akut di Rumah Sakit Universitas California, San francisco. [8]
Glaser dari Universitas Columbia yang
desertasinya doktornya ( 1961 ) tentang karir professional para ilmuan.
Penelitian untuk desertasinya ini menggunakan pendekatan kualitatif terhadap data sekunder. Gleser sangat
terpengaruh oleh pola kerja pikiran induktif ( baik kualitatif maupun
kuantitatif ) yang dikembangkan oleh Paul Lazarsfeld ( 1901-1976 ) dan
koleganya. Desertasi Gleser dahulu di bombing oleh Robert K. Merton ( 1910-1983
) yang menjadi murid Talcott Persons. Setelah lulus program doktornya, Gleser
bergabung dengan university of California Medical Center di San Fransisco,
tempat ia kemudian bertemu dengan Anselm L. Strauss ( sosiolog ) yang
menyelesaikan program doktornya ( 1945 ) di University of Cicago. Strauss
cenderung untuk berkonsentrasi dalam menentukan prosedur dalam mengaplikasikan
pendekatan. Sedangkan Gleser menentang perubahan apapun dari gagasan awalnya.
Dua versi grounded theory kemudian muncul, straussian dan glaserian.[9]
Catatan-catatan dan metode penelitian yang
digunakan dipublikasikan dan menarik minat banyak orang untuk mempelajarinya.
Sebagai respon, Glaser dan Strauss menerbitkan The Discovery of Grounded
Theory (1967), buku yang menjelaskan prosedur metode Grounded Theory
secara terperinci. Hingga saat ini, buku ini diterima sebagai peletetak
konsep-konsep mendasar Grounded Theory.
2.
Proses
Perkembangan Grounded theory
Perubahan yang terjadi di kalangan peneliti
social, menjadikan perubahan pula pada aspek pemanfaatan metode grounded
theory. [10]Seperti:
a.
Kombinasi metode grounded theory dengan metode
lain, maka akan menghasilkan ragam-ragam model grounded theory dalam berbagai
pokok masalah dan disiplin ilmu pengetahuan.
b.
Prosedur yang digunakan dalam metode mungkin
akan lebih dielaborasi. Posedur ini akan disesuaikan dengan substansi kajian
yang terus menerus akan dikembangkan.
c.
Berbagai teori atau interpretasi akan terus
dikembangkan oleh ilmuan yang berbeda dari disiplin yang berbeda pula.
d.
Aplikasi computer akan lebih banyak digunakan,
terutama untuk membuat matriks, pembobotan masalah dan kategorisasi yang
diperoleh dilapangan.
B.
Ciri-Ciri atau
Karakteristik Metode Grounded Theory
Menurut
Creswell (2008: 440), enam karakteristik berikut merupakan elemen-elemen yang
terdapat dalam berbagai pendekatan Grounded Theory, termasuk desain
sistematik, 'emerging' dan 'kostruktivis'.
1. Pendekatan
Proses
Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa setiap
fenomena sosial merupakan hasil proses tindakan atau interaksi antar individu.
Dalam penelitian Grounded Theory, proses merujuk pada urutan tindakan-tindakan
dan interaksi antar manusia dan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan
sebuah topik, seperti pengalihbahsaan novel Animal Farm ke dalam bahasa
Indonesia. Dalam topik seperti ini, berdasarkan transkrip wawancara atau
catatan pengamatan yang dilakukan pada partisipan, peneliti Grounded Theory
dapat mengidentifikasi dan mengisolasi tindakan-tindakan dan interaksi antar
manusia, aspek-aspek yang diisolasi ini disebut kategori-kategori, yang
digunakan sebagai tema-tema informasi dasar dalam rangka memahami suatu proses.
Guna menerapkan pendekatan Grounded Theory
dengan baik, Glaser dan Strauss ( 1967 ) menekankan bahwa peneliti harus
fleksibel. Mendekati studi dengan pikiran terbuka, dan tidak membuat asumsi
sebelum riset di mulai. Dengan memilih pendekatan Grounded Theory , peneliti
memilih untuk beroperasi sebagai penafsir data, bukan sekedar reporter ( pelapor
) atau orang yang menguraikan sebuah situasi. Dalam hal ini peneliti harus terus
menerus mencari hubungan antar konsep untuk menghasilkan pola dan jaringan,
yang lantas peneliti gunakan untuk mengembangkan teori-teori atau setidaknya
gagasan teoritis.[11]
2. Sampling
Teoritis
Dalam Grounded
theory, digunakan “ sampling teorities”. Penarikan sampel jenis ini berpedoman
pada gagasan –gagasan yang signifikan bagi teori yang muncul.
Pada awal
riset, peneliti membuat keputusan penarikan sampel hanya untuk langkah awal
saja. Pilih latar atau fenomena yang
ingin diteliti, pilih sekelompok orang atau individu tertentu yang bisa
memberikan informasi mengenai topic yang diteliti. Begitu riset diawali,
peneliti mulai menganalisis data awal, konsep baru akan muncul, kemudian
peneliti bisa menerapkannya pada sampel yang berbeda situasi, latar atau individu.
Lantas berfokus pad aide baru guna memperluas teori yang muncul. Penarikan
sampel teoritis dilanjutkan hingga mencapai titik jenuh, yaitu ketika tidak ada
lagi informasi baru ( dalam data ) yang relevan dengan riset.[12]
Sebagaimana lazimnya dalam penelitian
kualitatif, instrumen pengumpul data penelitian Grounded Theory adalah peneliti
sendiri. Data-data yang dikumpulkan dapat berbentuk transkrip wawancara,
percakapan, catatan wawancara, dokumen-dokumen publik, buku harian dan jurnal
responden, dan catatan reflektif peneliti.[13]
Proses pengumpulan data itu dilaksaakan dengan
mengunakan dua metode secara simultan, yaitu observasi dan wawancara mendalam
(depth interview). Bentuk data yang paling sering digunakan berbagai peneliti
adalah hasil wawancara karena data seperti ini lebih mampumengungkapkan
pengalaman responden dalam kata-kata mereka sendiri.
Dalam Grounded Theory, masalah sampel
penelitian tidak didasarkan pada jumlah populasi, melainkan pada keterwakilan
konsep dalam beragam bentuknya. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara
penyampelan teoritik, yaitu penyampelan yang dilakukan .Dengan kata lain,
penyampelan teoritik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan peneliti
dengan cara memilih data-data atau konsep-konsep yang terbukti berhubungan
dengan dan mendukung secara teoritik teori yang sedang disusun. Tujuannya
adalah mengambil sampel peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat,
dan ukuran yang secara langsung menjawab masalah penelitian.
Berkenaan dengan proposisi terakhir, pada
hakikatnya fenomena yang telah terpilih itulah yang dicari atau digali oleh
peneliti selama mengumpulkan data. Karena fenomena itu melekat dengan subyek
yang diteliti, maka jumlah subyek pun terus bertambah sampai tidak ditemukan
lagi informasi baru yang diungkap oleh beberapa subyek yang terakhir. Itulah
sebabnya, penentuan sampel subyek dalam penelitian Grounded Theory, seperti
halnya penelitian kualitatif pada umumnya, tidak dapat direncanakan dari awal.
Subyek-subyek yang diteliti secara berproses ditentukan di lapangan, kaetika
pengumpulan data berlangsung. Cara penyampelan inilah yang disebut dalam
penelitian kualitatif sebagai snow bowl sampling.
Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis
data, penyampelan dalam Grounded Theory diarahkan dengan logika dan tujuan dari tiga
jenis dasar prosedur pengkodean. Ada tiga pola penyampelan teoritik, yang
sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan data. Berikut ini adalah
penjelasan singkat tentang ketiga penyampelan tersebut.
a)
Penyampelan terbuka bertujuan untuk menemukan
data sebanyak mungkin sepanjang berkenaan dengan rumusan masalah yang dibuat
pada awal penelitian. Karena pada tahap awal itu peneliti belum yakin tentang
konsep mana yang relevan secara teoritik, maka obyek pengamatan dan orang-orang
yang diwawncarai juga masih belum dibatasi. Data yang terkumpul dari kegiatan
pengumpulan data awal inilah kemudian dianalisis dengan pengkodean terbuka.
b)
Penyampelan relasional dan variasional berfokus
pada pengungkapan dan pembuktian hubungan-hubungan antara kategori dengan
kategori dan kategori dengan sub-subkategorinya. Pada kedua penyampelan ini
diupayakan untuk menemukan sebanyak mungkin perbedaan tingkat ukuran di dalam
data. Hal pokok yang perlu pada penemuan perbedaan tingkat ukuran tersebut
adalah proses dan variasi. Jadi, inti utama penyampelan di sini adalah memilih
subyek, lokasi, atau dokumen yang memaksimalkan peluang untuk memperoleh data
yang berkaitan dengan variasi ukuran kategori dan data yang bertalian dengan
perubahan.
c)
Penyampelan
pembeda berkaitan dengan kegiatan pengkodean terpilih. Oleh karena itu tujuan
penyampelan pembeda adalah menetapkan subyek yang diduga dapat memberi peluang
bagi peneliti untuk membuktikan atau menguji hubungan antarkategori.
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian Grounded
Theory berlangsung secara bertahap dan
dalam rentang waktu yang relatif lama. Proses pengambilan sampel juga
berlangsung secara terus menerus ketika kegiatan pengumpulan data. Jumlah
sampel bisa terus bertambah sejalan dengan pertambahan jumlah data yang
dibutuhkan.
Berdasarkan paparan tentang prinsip penyampelan
di atas, jelaslah bahwa pengambilan kesimpulan dalam penelitian Grounded Theory
tidak didasarkan pada generalisasi, melainkan pada spesifikasi. Bertolak dari
pola penalaran ini, penelitian Grounded Theory bermaksud untuk membuat
spesifikasi-spesifikasi terhadap (a) kondisi yang menjadi sebab munculnya
fenomena, (b) tindakan/interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi itu,
(c) serta konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari tindakan/i nteraksi itu.
Jadi, rumusan teoritik sebagai hasil akhir yang ditemukan dari jenis penelitian
ini tidak menjustfikasi keberlakuannya untuk semua populasi, seperti dalam
penelitian kuantitatif, melainkan hanya untuk situasi atau kondisi tersebut.
3. Analisis
Data dan Melakukan Koding
Analisis data
berlangsung selama riset berproses, mulai wawncara awal hingga berakhir pada
pengamatan. Analisis terdiri dari koding ( coding ) dan kategorisasi (
categorizing ). Koding dilakukan terlebih dahulu pada permulaan riset. Koding
memungkinkan peneliti mengubah data, dan menguraikannya untuk membangun
kategori seiring dengan munculnya kategori utama, maka teori akan berkembang.
Koding dalam grounded
theory adalah proses pengidentifikasian dan penamaan tema atau konsep dalam
tahapan analisis. Dalam hal ini, data dikodekan menjadi kategori.
Proses koding mencakup tiga langkah,[14]
yaitu:
a)
Open coding
atau koding terbuka peneliti membentuk kategori informasi tentang
peristiwa atau fenomena yang dipelajari.
b)
Axial coding,
peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi-kondisi yang
menyebabkannya, mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan
peristiwa tersebut.
c)
Selective coding, peneliti ( pemilihan
kategori inti dan menghubungkannya dengan kategori lain )
Sepanjang
kajian berlangsung, masing-masing bagian data dibandingkan dengan bagian lain
ketika peneliti mencari persamaan, perbedaan, dan koneksi atau
hubungan-hubungan. Hal inilah yang disebut dengan perbandingan konstan. [15]
4. Kategori
Inti
Dari seluruh kategori utama yang diperoleh dari
data, peneliti memilih satu kategori sebagai inti fenomena dalam rangka
merumuskan teori. Setelah mengidentifikasi beberapa kategori (misalnya, 8
hingga 10—tergantung pada besarnya database), peneliti memilih satu kategori
inti sebagai basis penulisan teori . Berikut ini adalah enam kriteria untuk
menentukan kategori inti (Strauss and Corbin, dalam Creswell, 2008: 444).
(a)
Kategori tersebut harus merupakan sentral,
dalam artian kategori-kategori utama lainnya dapat dihbungkan padanya.
(b)
Kategori
tersebut sering muncul dalam data, dengan pengertian bahwa dalam semua kasus
terdapat indikator-indikator yang merujuk pada kategori inti tersebut.
(c)
Penjelasan-penjelasan yang menghubungkan
kategori-kategori bersifat logis, konsisten dan tidak dipaksakan.
(d)
Istilah atau frasa yang digunakan untuk
menjelaskan kategori inti harus abstrak.
(e)
Seiring dengan penyempurnaan konsep, teori
berkembang dalam aspek kedalaman dan kemampuan menjelaskan.Meskipun kondisi
bervariasi, kategori inti masih mampu menjelaskan seara akurat.
Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa memilih
kategori inti terlalu awal adalah sangat riskan. Akan tetapi, bila terlihat
bahwa salah satu kategori mucul dengan frekuensi tinggi dan terhubung dengan
jelas pada kategori-kategori lain, kategori itu dapat dipilih sebagai kategori
inti.
5. Perumusan
Teori
Agar kredibel, sebuah teori harus memiliki “ kekuatan
penjelasan ( explanatory power )”, dengan keterkaitan antarkategori, serta
kekhususan, kategori berhubungan satu sam lain dan berkaitan erat dengan data.
Dalam
penelitian Grounded Theory, yang dimaksud dengan teori adalah penjelasan atau
pemahaman yang abstrak tentang suatu proses mengenai sebuah topik substantif
yang didasarkan pada data.
Ada dua jenis
teori yang dihasilkan dalam grounded research, yaitu teori substantive dan
teori formal.[16]
a. Teori substantive muncul dari kajian terhadap kondidi
social yang nyata seperti menejemen hubungan konsumen, praktik professional,
hubungan gender, kepemimpinan, atau komunikasi internet. Karena teori ini menyajikan
hubungan yang mendekati realitas empirisnya, maka teori ini sangat berguna bagi
para peneliti diarena bisnis atau professional.
b. Teori formal dikembangkan dari teori substantive. Teori
ini dihasilakn dari berbagai situasi dan latar yang berbeda-beda, bersifat
konseptual dan memiliki generalitas yang tinggi.
Cara untuk
menghasilkan teori dengan metode grounded theory terdiri dari lima fase yang
harus diikuti:[17] 1).
Desain penelitian, 2) pengumpulan data, 3) penyusunan data, 4) analisis data
dan 5) pembanding dengan literature.
Dari lima fase
diatas, ada 9 langkah yang harus diikuti, meliputi :
1. Tinjauan ulang literature teknisi
2. Memilih kasus
3. Membuat protocol pengumpulan data yang akurat
4. Masuk ke lapangan
5. Penyusunan data
6. Menganalisis data
7. Percontohan teoritis
8. Mencapai akhir penelitian
9. Pembandingan teori yang muncul dengan literature yang
telah ada.
6. Penulisan Memo
Dalam penelitian Grounded Theory, memo
merupakan catatan-catatan yang dibuat peneliti untuk mengelaborasi ide-ide yang
berhubungan dengan data dan kategori-kategori yang dikodekan. Dengan kata lain,
memo merupakan catatan yang dibuat peneliti bagi dirinya sendiri dalam rangka
menyusun hipotesis tentang sebuah kategori, kususnya tentang hubungan-hubungan
antara kategori-kategori yang ditemukan.
Menulis memo yang menjelaskan dan mengulas kode-kode dan kategori-kategori analisis yang
anda dapatkan dari proses analisis data, juga sangat berguna. Memo sangat
membantu peneliti untuk melacak pola-pola dalam data dan mengidentifikasikan
beragam tema yang muncul.[18]
C.
Kelemahan dan
Kelebihan Grounded Theory
Berbagai
kegiatan penelitian telah dilakukan dengan pendekatan grounded theory di
berbagai disiplin ilmu telah dilakukan. Salah satunya adalah” Use of
computer based qualitative data Analysis ( QDA ) software in Grounded Research
Methodology”. ( pandit,1996 ). Dari penjelasan para peneliti yang terlibat,
terkesan bahwa penggunaan metode grounded theory terlalu memakan waktu yang
lama. Hal ini dikarenakan adanya tuntutan metodologinya yang mengharuskan para
peneliti untuk bersikap sangat teliti, dan rajin.[19]
Kualitas grounded
theory seperti pada penelitian lain, selain ditentukan validitas,
reliabilitas dan kredibilitas dari data, juga ditentukan oleh proses penelitian
di mana teori dihasilkan serta beralasan empiris dari temuan atau teori yang
dihasilkan.
Proses grounded
theory selama ini dituduh kelewat kompleks dan membingungkan. Banyak orang
yang kesulitan mempraktikkannya, kecuali dalam kondisi yang longgar, tidak
kaku, tidak terlalu dispesifikasi “.[20]
Ada tiga aspek yang membedakan Grounded
Theory dengan pendekatan penelitian yang lain adalah sebagai berikut :
1. Peneliti mengikuti prosedur analisis
sistematik dalam sebagian besar pendekatan. Grounded theory lebih
terstruktur dalam prosese pengumpulan data dan analisisnya, disbanding model
riset kualitatif lain. meski strateginya sama ( misalnya analisis tematik
terhadap transkip wawancara, observasi dan dokumen tertulis )
2.
Peneliti memasuki proses riset dengan membawa
sedikit mungkin asumsi. Ini berarti menjauhkan diri dari teori yang sudah ada.
3.
Peneliti tidak semata-mata bertujuan untuk
menguraikan atau menjelaskan, tetapi juga mengonseptualisasikan dan berupaya
keras untuk menghasilkan dan mengembangkan teori.
Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan
data pada penelitian Grounded Theory dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada
pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Paling tidak, pada Grounded T heory sangat
ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life
history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal
yang bersifat kausalitas. Seorang peneliti Grounded Theory selalu
mempertanyakan "Mengapa suatu kondisi terjadi?", "Apa
konsekwensi yang timbul dari suatu tindakan/reaksi?", dan "Seperti
apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan konsekwensi itu berlangsung?”
"Apa konsekwensi yang timbul dari suatu tindakan/reaksi?", dan
"Seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan konsekwensi itu
berlangsung?”
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Grounded Theory adalah satu
jenis metode penelitian kualitatif yang berorientasi pada penemuan teori dari
kancah. Dilihat dari prosedur, prinsip, dan teknik yang digunakan, metode ini
benar-benar bersifat kualitatif murni, tetapi jika dilihat dari kerangka
berpikir yang digunakan ternyata secara implisit pendekatan ini meminjam metode
kuantitatif. Paling tidak ada 3 (tiga) dasar kerangka berpikir kuantitif yang
dipinjam Grounded Theory;
Grounded theory menghasilkan dua jenis teori:
teori substantive dan teori formal. Pengukuran fenomena. penelitian kualitatif
pada umumnya tidak melakukan pengukuran terhadap data yang ditemukannya,
melainkan lebih menekankan pada pengelompokan konfigurasi dari variasinya. Lain
hal dengan Grounded Theory, di sini dilakukan pengukuran-pengukuran,
sebagaimana yang lazim dilakukan pada metode kuantitatif.
Penggunaan variabel; Secara eksplisit memang
tidak pernah disebut-sebut istilah variabel dalam Grounded Theory.
Tetapi dengan penggunaan paradigma teoritik yang membagi fenomena ke dalam
kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, tindakan/interaksi, dan konsekwensi,
serta mencari hubungan-hubungan antara unsur-unsur itu merupakan pertanda bahwa
di dalam metode ini digunakan konsep-konsep yang identik dengan variabel.
Perkawinan metode kualitatif dengan kuantitatif
dalam Grounded Theory merupakan satu perkembangan baru yang patut diberi
apresiasi positif. Proses perkawinan itu sendiri harus dimaklumi, tidak saja
karena Strauss dan Glaser sebagai dua tokoh penggagas metode ini yang memiliki
latar pemikiran yang berbeda (kualitatif dan kuantitatif), melainkan juga
karena tuntutan perkembangan metode keilmuan yang terus berkembang. Mau tidak
mau, metode kualitatif harus menata prosedur dan teknik-teknik penelitiannya
agar semakin dipercaya sebagai metode yang dapat diandalkan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan.
B.
Saran
Penelitian
dengan Grounded theory menuntut kualitas tertentu bagi peneliti pemula.
Maka peneliti harus memiliki rasa percaya diri karena memang benar-benar
mengerti. Kualitas dan kreatifitas serta wawasan yang luas harus dimiliki oleh
seorang peneliti pemula. Adanya grounded theory ini membantu peneliti
untuk keluar dari stagnasi teori. Semoga makalah mengenai Grounded Theory
ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan untuk orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian.Ed,I.,Cet.3.1995.Jakarta:
PT.Raja Grafindo
Bungin,Burhan. Metodologi Penelitian Sosial, Format-format
kuantitatif dan kualitatif.2001.Surabaya:
Airlangga University Press
Creswell, John
W. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qulitative Research.
2008.New Jersey: Prentice Hall.
Daymon, Cristin, dan Holloway, Immy. Metode-metode Riset
Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communication.2008.
Yogyakarta: Bentang
Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai. 1989.Jakarta:
LP3ES
Salim, Agus. Teori dan Paradigma penelitian Sosial Agus Salim.2001.
Yogyakarta: Tiara Wacana
[1]Daymon,
Cristin, dan Holloway, Immy.Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public
Relations dan Marketing Communication.2008. Yogyakarta: Bentang,hal 181
[2]Bungin,Burhan.MetodologiPenelitian
Sosial, Format-format kuantitatif dan
kualitatif.2001.Surabaya: Airlangga University Press, hal 8-9
[3]Salim, Agus. Teori
dan Paradigma penelitian Sosial Agus Salim.2001. Yogyakarta: Tiara Wacana,
hal 110
[4] Daymon, Cristin, dan Holloway, Immy. Metode-metode Riset
Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communication.2008.
Yogyakarta: Bentang,hal 182.
[5] Amirin, Tatang
M. Menyusun Rencana Penelitian.Ed,I.,Cet.3.1995.Jakarta: PT.Raja
Grafindo, hal121-122
[6]
Masri
Singarimbun. Metode Penelitian Survai. 1989.Jakarta: LP3ES,hal 8-9
[7]Bungin,Burhan.MetodologiPenelitian
Sosial, Format-format kuantitatif dan
kualitatif.2001.Surabaya: Airlangga University Press, hal 9
[8] Salim, Agus. Teori dan Paradigma penelitian Sosial Agus Salim.2001.
Yogyakarta: Tiara Wacana, hal 112
[9] Daymon,
Cristin, dan Holloway, Immy. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public
Relations dan Marketing Communication.2008. Yogyakarta: Bentang,hal 182.
[10] Salim, Agus. Teori
dan Paradigma penelitian Sosial Agus Salim.2001. Yogyakarta: Tiara Wacana,
hal 114-115
[11] Daymon,
Cristin, dan Holloway, Immy. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public
Relations dan Marketing Communication.2008. Yogyakarta: Bentang,hal 184.
[12] Daymon,
Cristin, dan Holloway, Immy. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public
Relations dan Marketing Communication.2008. Yogyakarta: Bentang,hal 188
[13] Creswell, John W. Educational Research:
Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qulitative Research.
2008.New Jersey: Prentice Hall. Hal, 442
[14] Salim, Agus. Teori
dan Paradigma penelitian Sosial Agus Salim.2001. Yogyakarta: Tiara Wacana,
hal 119-120
[15] Daymon,
Cristin, dan Holloway, Immy. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public
Relations dan Marketing Communication.2008. Yogyakarta: Bentang,hal 189
[16]
Daymon,
Cristin, dan Holloway, Immy. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public
Relations dan Marketing Communication.2008. Yogyakarta: Bentang,hal 195
[17] Salim, Agus. Teori
dan Paradigma penelitian Sosial Agus Salim.2001. Yogyakarta: Tiara Wacana,
hal 117
[18] Daymon,
Cristin, dan Holloway, Immy. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public
Relations dan Marketing Communication.2008. Yogyakarta: Bentang,hal 186
[19]Salim, Agus. Teori
dan Paradigma penelitian Sosial Agus Salim.2001. Yogyakarta: Tiara Wacana,
hal 112
[20] Daymon,
Cristin, dan Holloway, Immy. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public
Relations dan Marketing Communication.2008. Yogyakarta: Bentang,hal 197
How does a slot machine work? - Dr.MCD
BalasHapusSome casinos 안성 출장마사지 offer 대구광역 출장안마 progressive jackpot games, like a 광주광역 출장마사지 progressive jackpot, 익산 출장마사지 as part of a progressive 문경 출장샵 jackpot promotion. These progressive jackpots can be redeemed by